top of page

[Review] Maaf, Saya Menghamili Istri Anda


Pihak SinemArt nampaknya cukup klop dengan penulis skenario Monty Tiwa. Ketika, Rudi Sudjarwo didaulat untuk mengerjakan Cintapucino, SinemArt tanpa ragu memilih Monty Tiwa sebagai sutradara film Masmia (Maaf, Saya Menghamili Istri Anda) menggantikan posisi Rudi Sudjarwo. Film ini menceritakan Dibyo (Ringgo Agus Rahman) seorang pria yang harus merasakan kerasnya persaingan hidup di Jakarta dalam mencari naskah. Dibyo selama ini hanyalah menjadi pemain figuran dalam beberapa sinetron. Sampai suatu ketika, Dibyo juga harus didepak karena membuat ulah dalam sebuah syuting, padahal ia hanyalah seorang figuran. Pulang ke kost juga menjadi persoalan buat Dibyo ketika harus berhadapan dengan ibu kost untuk setoran bulanan. Teman setia Dibyo hanyalah John (Rizky Mocil), seorang pemuda yang terobsesi untuk fitness agar mendapatkan liukan badan yang macho ala pria L-Men. Namun titik kemiskinan Dibyo sudah mencapai klimaks. Ia memilih mengurung diri di kamar dengan pasrah dan menangis. John yang merasa sebagai sahabat Dibyo, berusaha menghibur dengan mengajak Dibyo ke sebuah pesta ulang tahun. Alasan Dibyo untuk ikut ke pesta ulang-tahun tersebut cukup sederhana, biar makan gratis !!! Secara tak terduga, di pesta Dibyo berhasil mendapatkan perhatian dari Mira (Mulan Kwok) yang berlanjut menjadi pacar. Namun, nampaknya mendapatkan Mira membuat persoalan baru, ketika Mira mengatakan kepada Dibyo bahwa dirinya hamil dan Dibyo adalah ayah dari kandungannya. Terlebih lagi Mira ternyata telah mempunyai suami walaupun telah pisah ranjang selama setahun terakhir. Persoalan semakin rumit ketika Dibyo dipaksa Mira untuk bertemu dengan Lamhot (Eddie Karsito) yang merupakan suami Mira. Permintaan Mira sederhana, Dibyo bertemu dengan Lamhot agar mau menceraikan Mira. Namun, sial yang didapat Dibyo ketika mengetahui bahwa Lamhot ternyata kepala preman. Butuh nyali besar bertemu Lamhot, Dibyo dengan semangat ala prajurit Jepang seperti saat Perang Dunia ke II, berusaha menghadapi Lamhot dengan ditemani oleh John. Namun, di waktu bersamaan secara tak terduga kelompok Lamhot diserang oleh preman lainnya. Dibyo tanpa sengaja menyelamatkan nyawa Lamhot dari peritiwa tawuran antar preman tersebut. Melihat pertolongan Dibyo, Lamhot merasa hutang budi. Hal tersebut membuat Dibyo semakin susah untuk mengungkapkan maksud pertemuannya. Bahkan, Dibyo kini juga mengaku bernama John yang juga berasal dari suku Batak. Dibyo bahkan diajak Lamhot untuk tinggal di rumah Lamhot yang dihuni juga oleh Butet (Shanty) adik dari Lamhot. Singkat kata, Butet nampaknya mempunyai rasa suka terhadap Dibyo/John. Karena suatu kesalah-pahaman, Lamhot mengira bahwa adiknya telah ditiduri oleh Dibyo/John. Tanpa banyak basa-basi, Lamhot memerintahkan bahwa nanti Dibyo/John harus menikahi Butet. Persoalan semakin rumit, bahkan ketika Lamhot harus mendekam di penjara, Dibyo diharuskan mengganti posisi Lamhot sebagai kepala geng. Sementara itu, kelompok Zeus berusaha merebut lahan parkir yang selama ini dikuasai oleh Lamhot. Selain harus menyelesaikan soal kehamilan Mira, menjelaskan status hubungannya dengan Butet, Dibyo juga harus memutar otak untuk menghadapi kelompok Zeus yang akan menyerang. Alur cerita yang coba ditampilkan dalam film ini cukup menarik. Suguhan komedi dengan latar belakang kehidupan preman di Jakarta nampaknya menjadi nilai lebih bagi Monty Tiwa. Beberapa bagian yang dianggap tidak masuk akal, nampaknya bisa dimaklumi mengingat Monty memang membuat sebuah film komedi. Pilihan Monty Tiwa memilih dua suku dari ribuan suku di Indonesia dengan penggambaran yang dominan akan dunia preman dan kekerasan tidak dapat disalahkan. Mengingat hal tersebut memang sering terjadi di Jakarta yang sangat plural dan multi etnis. Sebagai sebuah film komedi, nampaknya beberapa suku yang ditampilkan Monty dengan karakter preman tidaklah harus kecewa ataupun marah mengingat sifat negatif bukanlah dihasilkan dari suku atau etnis melainkan dari sifat manusia itu sendiri. Justru sepertinya Monty Tiwa ingin mengatakan bahwa perbedaan antar suku dan etnis jangan dianggap sebagai suatu perbedaan namun agar dimengerti sebagai suatu kekayaan dalam masyarakat Indonesia. Hal tersebut tercermin dalam salah satu adegan dimana ketika Mira harus menjawab apakah anaknya nanti akan menjadi orang Jawa atau orang Batak, Mira menjawab dengan jawaban anaknya sebagai orang Indonesia. Sinematrografi yang ditampilkan Monty dalam debutnya ini dapat dikatakan tidaklah menarik. Monty tampil cukup buruk dalam poin ini. gambar-gambar yang dihasilkan tidak cukup enak dipandang oleh mata. Salah satu adegan seperti saat Dibyo/John dan Lamhot melarikan diri dan harus berkenalan, gambar terlihat monoton hanya dari satu angle, dan terdiam cukup lama selagi pembicaraan antara Dibyo/John dan Lamhot. Akting para pemain dapat dikatakan cukup baik. Ringgo tampil cukup menjengkelkan dan mengundang gelak tawa dengan mukanya yang berlagak polos. Mulan juga dapat dikatakan tidak mengecewakan untuk debutnya bermain dalam film layar lebar. Shanty juga dapat poin lebih ketika mendadak bertutur-kata layaknya orang Batak. Pujian justru layak diberikan kepada pendatang baru seperti Rizky Mocil yang mampu mencuri perhatian diantara nama besar Ringgo, Mulan, serta Shanty. Rizky Mocil tampil meyakinkan memerankan karakter John yang unik. Begitu juga penampilan dari T. Rifnu Wikana yang berperan sebagai Marudut dalam film ini. Rifnu tampil elegan dengan logat Batak yang tidak kaku dan menghibur penonton. Selamat Menyaksikan Nilai 6/10 Bintang


You Might Also Like:
bottom of page