top of page

[Review] Snow White and the Hunstman : "Dongeng Putri Salju dengan Aroma Kelam"


Pakem kisah Putri Salju yang diciptakan oleh Brother Grimm (Jakom & Wilhelm) yang menciptakan kisah Snow White tidak akan anda temui dalam SWTH (Snow White and The Huntsman). Tidak akan anda lihat Putri Salju bernyanyi riang dengan kostum baju biru dan rok lebar seperti dalam kisah Putri Salju versi Disney. Anda tidak akan melihat Putri Salju ditipu Ratu Ravenna yang jahat menyamar di Pasar lalu memberikan Apel racun dan membuat Putri Salju tertidur selamanya. Tidak juga ada adegan Putri Salju bersama tujuh kurcaci tinggal di hutan dengan penuh riang dan canda. Pangeran Ganteng yang bersih layaknya bangsawan tidak juga anda dapatkan dalam film ini. Adegan Pangeran Putri Salju seperti dalam kisah Brother Grimm telah dirombak habis-habisan oleh penulis skenario Evan Daugherty yang menulis naskah film. Bahkan, judul film ini bukanlah Putri Salju dan Tujuh Kurcaci. Melainkan Snow White and The Huntsman. Kisah Snow White and the Seven Dwarfs Vs Snow White and the Hunstman Kisah Putri Salju yang kita tahu adalah; Ibu kandung Putri Salju yang juga Ratu Kerajaan, meninggal tak lama setelah Putri Salju lahir. Ayah Putri Salju lalu mempersunting istri baru yang kelak menjadi ibu tiri yang kejam. Kematian Raja membuat Putri Salju tersingkir lalu lari ke Hutan dan tinggal bersama tujuh kurcaci. Putri Salju lalu harus tertidur panjang, ketika memakan buah apel dari ratu yang menyamar di pasar. Putri Salju tertidur lama sampai datang seorang Pangeran tampan dan menyelamatkannya. Kisah lalu ditutup dengan Perkawinan Putri Salju dan Pangeran dan Ratu Jahat harus tersingkir selamanya. Tapiiii … Dalam Snow White and the Hunstman cerita itu berubah seperti yang saya ungkapkan dalam paragraf awal tulisan ini. Kisah SWTH hadir dengan visualisasi gelap dan penuh aksi. Queen Ravenna (Charlize Theron)harus membunuh Snow White (Kristen Stewart) yang selama ini dikurung. Snow White berhasil melarikan diri dan dikejar-kejar oleh Finn (Sam Spruell) yang merupakan saudara kandung Ratu yang juga jahat. Snow White yang kabur ke Dark Forrest (Hutan Angker yang penuh mistis dan berbahaya) membuat Queen Ravenna dan Finn sulit untuk menangkapnya. Maka, Diutuslah seorang Huntsman (Pemburu) yang mengetahui dan pernah memasuki Dark Forrest. The Hunstman (Chris Hemsworth) menjadi kaki tangan Ratu untuk menangkap Snow White. Rencana Ratu menjadi berantakan ketika The Hunstmen justru bertindak tidak sesuai keinginan Ratu. Snow White akhirnya musti berpetualang dan melakukan perjalanan panjang yang berat untuk menemui Duke Hammond (Vincent Regan) yang masih setia kepada mendiang Ayah Snow White dan melakukan pemberontakan kepada Queen Ravenna. William (Sam Claffin) yang merupakan anak Duke Hammond, berusaha menyelamatkan Snow White karena begitu mencintai Snow White dan merasa bersalah pernah meninggalkan Snow White sewaktu Ratu berkuasa dan membuat seisi Kerajaan menjadi gelap. Visualisasi yang digambarkan selama film ini berlangsung, menjadi andalan untuk memanjakan penonton. Sutradara Rupert Sanders yang baru pertama-kali menggarap film besar hollywood, mempunyai imajinasinya sendiri untuk menggambarkan dunia Putri Salju. Visualisasi SWTH seperti Middle Earth dalam film The Lord of the Rings milik sutradara Peter Jackson yang dipadukan dengan trilogi film Narnia. Mulai dari peri-peri kecil yang tinggal di hutan, berbagai macam hewan yang aneh, serta kehadiran Troll raksasa yang siap melumat manusia ketika mengganggu tidurnya. Terlihat Rupert Sanders memakai template Peter Jackson untuk menjadikan SWTH menjadi sebuah kisah epic fiksi yang menarik. Sehingga mampu membuat penonton terhipnotis menonton kisah Snow White untuk konsumsi orang dewasa ini. Sayangnya, Rupert Sanders membuat begitu banyak karakter dalam Snow White tapi justru membuat satu karakter dan karakter yang lain terlihat samar. Beberapa kurcaci yang merupakan aktor senior hollywood justru tampil seperti figuran. Peran Lord Hammond yang harusnya mendapat porsi besar justru tampil hanya sekilas-sekilas. Berbeda dengan Peter Jackson saat menggarap The Lord of the Rings, mampu menghadirkan banyak karakter tapi terlihat semua mendapat porsi yang sesuai dan penonton mampu mengikutinya dengan baik. Rupert Sanders akhirnya terjebak pada penggambaran karakter yang sesak tanpa mampu memaksimalkan setiap peran yang ada. Terlebih kisah cinta segitiga Snow White yang terkesan nanggung dan tak banyak cerita mengenai cermin yang mampu berbicara. Pemilihan Peran Kritik saya juga pada pemilihan peran Charlize Theron dan Kristen Stewart. Charlize Theron dapat dikatakan tidak pas memerankan Ratu iblis yang jahat. Meski harus diakui Theron sudah berusaha maksimal untuk menyelami karakternya. Sempat awal film ini mau dibuat, peran Queen Ravenna akan diberikan kepada Winona Ryder atau Angelina Jolie. Namun, baik Ryder atau Jolie saya pikir juga akan bernasib sama dengan Theron apabila mereka yang ditugaskan menjadi Queen Ravenna. Saya justru lebih menyukai apabila peran Ravenna diperankan oleh Michelle Pfeiffer atau Kate Beckinsale yang cantik namun juga mempunyai aura antagonis nan memukau. bahkan secara extreme saya lebih menginginkan Olivia Wilde yang berperan sebagai Ravenna. Bagi pecinta Twilight Series tentunya akan menyukai Snow White diperankan oleh Kristen Stewart. Namun, saya menganggap Stewart gagal menghadirkan Snow White dengan cerita kelam nan gelap. Meski effort Stewart terlihat begitu mumpuni untuk menyelami karakter Snow White. Saya justru lebih memilih peran Snow White lebih pas apabila diberikan kepada Odette Yusman(Cloverfield) yang berwajah innocent namun juga jelita layaknya Putri bangsawan. Vanessa Hudgens (Sucker Punch) atau Maggie Grace (Taken) juga sepertinya layak untuk masuk nominasi mencoba peran Snow White. Namun, ketenaran Stewart dalam Twilight menjadikannya pilihan nomor satu untuk film ini. Mungkin juga Emma Watson yang berperan sebagai Hermione Ginger dalam epic Harry Potter atau Mila Kunis (Black Swan). Sekedar informasi, nama Dakota Fanning sempat menjadi nominasi kuat untuk berperan menjadi Snow White. Titik Balik Chris Hemsworth. Tidak ada yang mengenal Chris Hemsworth saat terpilih menjadi Thor. Melihat sosok Hemsworth, penonton pasti akan langsung berimajinasi sosok super-hero yang selalu membawa Palu Gada untuk melawan musuh-musuhnya. Namun hebatnya, Chris Hemsworth mampu berperan menjadi sosok The Huntsman dan membuat penonton tidak ingat akan sosok Thor yang sudah kadung melekat selama ini. Chris tidak terjebakstreotype karakter yang seringkali jadi jebakan hollywood. Tobey Maguire (Spiderman) dan Daniel Radcliffe (Harry Potter) adalah contoh bagaimana mereka sulit untuk memerankan film lain karena sudah terjebak dan menjadi ikon film yang membuat mereka besar. Untungnya, Viggo Mortensen dan Hugh Jackman tidak jadi berperan sebagai The Huntsmen. Karakter Aragorn dan Wolverine tentunya sedikit banyak akan berpengaruh pada peran Hunstmen dalam film ini. Secara keseluruhan Snow White and the Huntsman mampu menghadirkan pakem baru kisah dongeng anak-anak menjadi sebuah tontonan dewasa yang menarik. penggambaran kelam nan penuh aksi merupakan ide brilian untuk disuguhkan kepada penonton. Snow White and the Huntsman juga seperti mengirim pesan mengenai feminisme. Suatu eksperimen yang baru ketika Snow White yang kita selalu imajinasikan sebagai putri lugu dan baik hati harus memakai baju besi dan berperang ala Joan of Arch yang diperankan Milla Jovovich. Nilai 7/10 Bintang


You Might Also Like:
bottom of page