top of page

[ARTIKEL] Danke Europe ...


Aylan Kurdi adalah bocah berumur 3 tahun asal kota Kobani, Suriah. Kota tersebut menjadi ajang pertempuran antara teroris ISIS dan pasukan yang berseberangan dengan ISIS.

Orang-tua Aylan Kurdi memilih mengungsi dari Kobani. Dengan jalan kaki, Aylan sekeluarga memilih pergi ke Turki. Tujuan berikutnya menuju Eropa seperti yang dilakukan mayoritas pengungsi dari Suriah dan Irak yang terkena dampak perang di Timur Tengah.

Dari pesisir Turki, Aylan bersama keluarganya menaiki perahu kecil yang sebenarnya hanya untuk 4 orang. Namun, perahu tersebut disesaki oleh 15 orang. Perjalanan di laut tersebut berakhir nahas. Perahu tenggelam dan Aylan bocah kecil tersebut meregang nyawa.

Petugas SAR dari Yunani menemukan Jasad Aylan yang sudah tak bernyawa di pinggiran pantai Yunani. Foto Aylan menjadi viral di media sosial. Seluruh orang terhentak melihat foto bocah kecil tersebut musti meregang nyawa demi sebuah kehidupan yang layak.

Aylan bukanlah korban pertama. Hampir setiap saat berita di media Eropa dan dunia memuat bagaimana kapal pengungsi karam dan mengorbankan begitu banyak nyawa manusia. Bagi yang lewat jalan darat, berita pengungsi mati kedinginan juga menyeruak.

Foto Alyan menjadi buah bibir masyarakat Eropa. Setiap kalangan di Eropa bersuara. Bahwa nasib jutaan pengungsi yang memilih kehidupan lebih baik di tanah Eropa musti diperhatikan. Hal yang membuat para petinggi Uni Eropa berkumpul untuk membicarakan pengungsi yang bertubi-tubi masuk ke tanah Eropa.

Masyarakat Eropa dari berbagai kalangan juga bersuara. Entah lewat media sosial ataupun melakukan aksi massa turun ke jalan untuk menerima para pengungsi. Bintang sepakbola Ronaldo memberikan cuitan di twitter untuk empati terhadap pengungsi. Sineas Benedict Cumberbath merilis video sebagai solidaritas. Begitu juga selebriti lainnya.

Masyarakat biasa juga tidak tinggal diam. Ribuan massa di kota-kota Eropa turun ke jalan. Stockholm, Copenhagen, London, dan kota-kota lain ramai oleh demontrasi. Dengan spanduk dan poster mereka berteriak untuk menolong pengungsi. Caranya dengan menyambut pengungsi tinggal di tanah Eropa.

Masyarakat Inggris juga membuat petisi. Bagi mereka petisi itu untuk mengetuk hati perdana menteri David Cameron. Agar menerima lebih banyak pengungsi di tanah Inggris. Selama ini Negara monarki tersebut mempunyai kebijakan yang cukup pelit untuk menerima kehadiran pengungsi.

Jerman, Swedia, Prancis menjadi Negara pelopor untuk menerima pengungsi. Baik pemerintahan dan rakyatnya dengan rasa kemanusiaan yang tinggi menerima pengungsi dengan tangan terbuka.

Beberapa negara Eropa Timur seperti Hungaria dan Slovakia bertolak belakang. Mereka memilih apatis terhadap kehadiran pengungsi. Bahkan memasang kawat berduri di sepanjang perbatasan untuk mencegah pengungsi yang masuk. Slovakia mau menerima pengungsi. Namun, hanya pengungsi yang identitas memeluk agama Kristen saja.

Hal tersebut membuat Perdana Menteri Jerman Angela Merkel naik pitam atas sikap Hungaria dan Slovakia.

Dalam kesempatan lain Merkel berkata,” Jika Eropa gagal mengatasi masalah pengungsi, maka ini bukanlah Eropa yang kita inginkan," Hal tersebut menunjukan sikap Merkel yang mendukung para pengungsi membanjiri Jerman dan Eropa.

Kenapa Pilih Eropa ?

Pertanyaan penting adalah kenapa para pengungsi memilih Eropa. Jelas bahwa Eropa dihuni oleh Negara-negara yang maju secara ekonomi. Sehingga peluang untuk kehidupan lebih baik tentunya menjadi dambaan para pengungsi yang putus asa akan konflik perang di negara asalnya.

Namun, diluar enaknya kehidupan di Eropa, tentunya jalan yang musti ditempuh dari Suriah atau Irak menuju Eropa bukanlah perjalanan mudah. Lewat laut mereka terancam tenggelam karena tidak memakai kapal yang memadai. Lewat jalan darat juga menyiksa oleh cuaca dingin Eropa dan medan yang terjal. Belum lagi ketika musti melintas Hungaria yang dianggap tak bersahabat dengan para pengungsi.

Alasan para pengungsi sederhana. Meskipun secara kultur berbeda dan secara agama, mayoritas pengungsi beragama muslim namun mereka menganggap Eropa jauh lebih baik dan lebih menjanjikan .

Negara tetangga Suriah dan Irak memang lebih kaya dan lebih dekat untuk perjalanan pengungsi. Namun, nampaknya Negara Arab kaya (Aran Saudi, Qatar, UEA, dll) apatis terhadap mereka yang yang mengungsi karena perang.

Bahkan Yordania yang lebih bermurah hati terhadap pengungsi, tidaklah menjadi jaminan bagi para pengungsi.

Pengungsi yang lebih dahulu mengungsi ke Yordania tetaplah tinggal di kemah-kemah darurat dengan hidup yang tak jauh lebih baik. Hal tersebut makin membuat enggan para pengungsi untuk memilih negara Teluk yang kaya untuk jadi tempat pengungsian.

Hal ini memang makin diperparah dengan sikap negara-negara Arab yang apatis. mereka harusnya (ikut) memikirkan nasib pengungsi.

Yang jelas, masalah pengungsi kini menjadi headline di Eropa. Berbagai pertemuan telah mereka gelar, baik pertemuan tingkat tinggi maupun bilateral antar-negara. Intinya, bagaimana selayaknya memperlakukan para pengungsi yang sekarang ini membanjiri Daratan Eropa. Sebaliknya, dan ini sungguh menyedihkan, Dunia Islam (Organisasi Kerjasama Islam) dan Arab (Liga Arab) sepertinya adem ayem saja. Bahkan tidak tampak ada upaya menyelenggarakan KTT darurat, bilateral, multilateral atau apapun namanya, untuk menyikapi nasib buruk para pengungsi ini. Mereka -- para pemimpim Liga Arab dan OKI -- seolah mengatakan kepada para pengungsi, ‘‘Sebodo amat dengan kalian!’’ Padahal, penyebab utama terjadinya pengungsian adalah konflik, perang, dan rebutan kekuasaan yang terjadi justeru di negara-negara Arab dan Islam.

Garis miring adalah tulisan Ikhwanul Kiram Mashuri (klik disini untuk melihat artikel yang ditulis)

Namun tanpa mempedulikan sikap Negara Arab, namun yang penting saat ini adalah bagaimana para pengungsi bisa diterima di Eropa. Syukurnya, mayoritas masyarakat Eropa mempunyai rasa kemanusiaan melihat para pengungsi.

Mereka dengan tangan terbuka menerima kehadiran pengungsi di tanah mereka. Dengan suara keras mereka meminta pemerintah-nya untuk menolong dan mengurus pengungsi.

Mulai dari demonstrasi hingga cuitan di media sosial menjadi bukti Eropa mempunyai hati nurani. Di Jalanan masyarakat Eropa menunjukan sikap untuk menerima pengungsi lewat poster dan spanduk mereka.

Di dalam Stadion terbentang kain panjang bertuliskan “Selamat Datang Pengungsi.” Di Jalanan saat pengungsi melintas disambut masyarakat Eropa dengan membagikan makanan dan pakaian. (Meski dinodai oleh beberapa masyarakat Eropa yang menolak pengungsi)

Sambutan Mayoritas Masyarakat Eropa terhadap pengungsi adalah empati yang perlu kita apresiasi. Tanpa memandang Ras, Golongan, dan Agama, semuanya bisa saling membantu sebagai sesama umat manusia.

Siapa lagi yang bisa saling membantu kecuali sesama manusia. Sikap Saling membantu menjadi pelajaran buat kita semua. Bahwa kita hidup di bumi yang sama. Bernafas di udara yang sama. Menolong sesama dan hidup bersama.

Danke Eropa….

Sumber Tulisan:

Beberapa foto yang menggambarkan pengungsi dan sambutan masyarakat Eropa untuk pengungsi.

(Demonstrasi di Brussels, Belgia mendukung pengungsi)

(Sambutan kepada Pengungsi dari Klub Sepakbola Borussia Dortmund kepada Pengungsi baik dari pemain dan suporter)


You Might Also Like:
bottom of page