top of page

[Review] Source Code "Rumus Baru Hollywood Mengenai Dimensi Waktu"


Setelah sepi dari film-film andalan box office, beruntung ada satu film Hollywood yang lumayan gress masuk ke bioskop tanah air. Adalah Source Code yang dibintangi Jack Gyllenhaal, Vera Farmiga, serta Michelle Monaghan hadir memberikan sajian kisah fiksi sains. Adalah Colter Stevens (Jake Gyllenhaal). Saat terbangun, Colter berada di sebuah kereta dengan seorang gadis cantik di depannya bernama Christina (Michelle Monaghan). Colter seperti mengalami amnesia. Namun saat melihat cermin, Colter sadar bahwa itu bukan wajahnya. Dirinya seperti berada dalam tubuh orang lain. Melihat kebingungan yang melanda Colter, Christina mencoba menenangkan. Namun Colter terus menjelaskan bahwa dirinya bukanlah Sean Fentress, seperti yang dianggap Christina. Tepat delapan menit, kereta yang ditumpangi Colter Stevens meledak dahsyat. Setelah kejadian tersebut, Colter terbangun dalam sebuah tempat sempit yang dikatakan Kastil, terkepung oleh perempuan berseragam militer kantor bernama Colleen Goodwin (Vera Varmiga). Penuh teka-teki, Colter pun berusaha meminta penjelasan apa yang baru saja terjadi. Colter merasa dirinya adalah seorang pilot tempur yang sedang bertugas di Kandahar, Afghanistan. Dirinya berusaha diyakinkan oleh Goodwin, bahwa hanya dia yang mampu menyelamatkan seisi Kota Chicago yang sedang mendapatkan ancaman teror. Goodwin memberikan informasi seadanya bahwa Colter harus berhasil menemukan otak kejahatan lewat peristiwa lampau dalam diri Sean Fentress. Dan itu hanya berlangsung selama delapan menit. Maka, Colter yang bingung berusaha menemukan sang penebar terror dalam kereta-api selama 8 menit. Source Code tidak memakai ramuan yang sama seperti serial televisi Quantum Leap yang dibintangi oleh Scott Bakula. Source Code juga bukanlah kisah mesin waktu ala Back To The Future milik Terence Malick. Tapi Source Code lebih mengungkapkan sebuah ketegangan delapan menit mengarungi waktu lampau tanpa melupakan sisi humanis dari sosok Colter Stevens. Sutradara Duncan Jones yang merupakan anak dari penyanyi terkenal David Bowie berhasil memindahkan tulisan skenario Ben Ripley kedalam bentul visual yang membuat penonton sangat menikmati. Duncan Jones sangat detail dalam membuat visual-visual pengulangan adegan, nyaris tanpa cela. Ketegangan berulang-ulang selama delapan menit berhasil membuat penonton tak harus kebingungan megikuti alur cerita. Source Code menjadi sangat ringan dibandingkan harus mengikuti alur film Inception karya Christopher Nolan. Mengenai sains yang menjadi salah satu pondasi alur cerita dalam film ini, tidaklah harus diramu sedemikan rumit. Logika kembali ke waktu lampau entah dengan mesin atau alat lainnya tidak perlu dijelaskan dengan logis. Hanya beberapa adegan yang menjelaskan kenapa hal tersebut bisa terjadi. Dr. Rutledge yang diperankan oleh Jeffrey Wright dalam satu adegan mengatakan,”This is not time Travel. This is time re-assignment.” Secara keseluruhan, Source Code mampu menjadi film sain fiksi menarik tanpa harus mencontek film-film mesin waktu yang pernah dibuat oleh Hollywood. Source Code mampu menampilkan ketegangan delapan menit dengan bumbu drama tiap karakter-karakter utama lewat alur cerita yang dinamis. Source code menjadi rumus baru Hollywood mengenai dimensi waktu. Nilai: 6.5/10 Bintang


You Might Also Like:
bottom of page